RANTAUPRAPAT, (LT) Dalam rangka
menggurangi NRW (Non Revenuew Water) yang bersifat teknis, PDAM Tirta Bina
Labuanbatu sejak Januari 2014 menerapkan pemberian reward (pengargaan) kepada
warga masyarakat Labuhanbatu. Reward
tersebut diberikan berupa insentif kepada warga masyarakat yang telah
melaporkan adanya kebocoran jaringan distribusi atau perpipaan. Reward juga
diberikan kepada warga masyarakat yang menemukan dan melaporkan adanya
sambungan liar (illegal conection). Demikian disampaikan oleh Direktur PDAM
Tirta Bina Labuhanbatu H. Amin Prasetyo, MM, Senin (10/2) di ruang
kerjanya.
Dikatakannya
juga, bahwa selama ini kebocoran jaringan
distribusi air bersih disebabkan oleh beberapa hal. Antara lain kondisi
sebagian pipa yang sudah berumur di atas 5 tahun. Ada juga akibat galian
pembuatan parit, atau pelebaran badan jalan dengan menggunakan alat berat.
Selain itu juga ada oknum warga masyarakat yang dengan sengaja melakukan
pencurian air dengan cara memotong pipa distribusi.
Amin Prasetyo
sendiri pernah menemukan langsung ketika melakukan pemantauan di lapangan,
ditemukan pemotongan pipa di simpang jalan Balai Desa Rantauprapat. Ketika ditanyakan kepada warga sekitar, bahwa ada oknum
yang mencuci sepeda motor atau becak di tempat itu. Bahkan ada yang menyambung
selang untuk diisikan ke ember atau jerigen. Saat ditanya, siapa pelakunya ?
Mereka mengaku tidak tahu.
Menurut Amin, Kebocoran air yang terjadi di PDAM, dikelompokkan menjadi
2 penyebab yakni yang bersifat non teknis dan teknis. Sejak Bulan Juni 2014
lalu PDAM Tirta Bina menerapkan 2 program non teknis untuk mengurangi
kebocoran, yakni Program Billing System Keuangan kerjasama dengan USAID-IUWASH dan
Program Payment Point kerjasama dengan PT. POS Indonesia. Dengan penerapan Program Billing System ini,
semua transaksi keuangan, terutama pengeluaran perusahaan dapat terkendali
secara efektif.
Sedangkan
program Payment Point bertujuan untuk mempermudah pembayaran rekening air oleh
pelanggan. Dengan payment point, maka tidak ada lagi karyawan/pegawai yang
terlibat langsung dalam proses pembayaran rekening air. Termasuk pembayaran
denda keterlambatan, semuanya dibayarkan secara online sehingga tidak ada lagi
pembayaran langsung/tunai yang diterima oleh karyawan hingga dapat menghindari
penyalahgunaan/penyelewengan.
Program menurunan
NRW yang bersifat teknis yang dilakukan oleh pihak PDAM Tirta Bina Labuhanbatu
bekerja sama dengan USAID-IUWASH. Antara lain dengan diklat kepada karyawan
dalam pengukuran tekanan, deteksi kebocoran produksi dan jaringan distribusi.
Kebocoran yang disebabkan oleh sambungan liar (illegal conection) telah dimulai
sejak tahun 2011 lalu. Hingga sekarang telah ditindaklanjuti dengan melakukan
penertiban terhadap hampir 200 sambunngan liar. Terhadap oknum pegawai yang
terlibat dalam tindakan melakukan sambungan liar telah diberikan sanksi tegas
oleh pimpinan perusahaan mulai dari pemberian denda, skorsing, penonaktifan
sementara, pencopotan dari jabatan hingga diberhentikan dengan tidak hormat.
Diakui Amin,
bahwa penertiban sambungan ilegal tidak dapat berjalan dengan lancar tanpa
adanya dukungan dan kerjasama dengan seluruh warga
masyarakat. Oleh karena itu mulai taun 2014 ini pihak PDAM Tirta Bina telah
mengeluarkan kebijakan pemberian reward kepada warga masyarakat yang menemukan
dan melaporkan adanya sambungan ilegal dan kebocoran jaringan distribusi.
Insentif yang diberikan kepada pelapor sambungan ilegal tentu lebih besar dari
pada pelapor kebocoran. Dan bagi oknum pegawai PDAM yang terlibat akan
diberikan sanksi yang tegas. “Masyarakat
tak perlu ragu-ragu dan takut untuk melaporkan jika menemukan sambungan ilegal”
tegas Amin mengakhiri bincang-bincangnya.(LT).
Teks Foto : Petugas PDAM Tirta
Bina Labuhanbatu ketika menemukan pencurian dan pemotongan
pipa di simpang jalan Balai Desa Rantauprapat.