Rantau Prapat (kamis 9/2) : Kontraktor
pengerjaan Proyek pengerasan badan jalan Sei Rakyat menuju Labuhanbilik
Kecamatan Panai Tengah hingga ke Kecamatan Panai Hilir, Labuhanbatu terkesan
mengeluh. Pasalnya, meski pengerjaan telah rampung sekira 80 persen dari total
sepanjang 7 kilometer, namun pencairan dana masih terkesan jauh dari harapan.
“Kita baru menerima 20 persen. Dan kontraktor sebelumnya 20 persen,” ungkap
Asiong kontraktor yang mendapat kepercayaan melanjutkan pengerjaan proyek
tersebut, Rabu (8/2) di Rantauprapat.
Katanya, pihaknya hanya melanjutkan pekerjaan pihak PT Ambi Praja yang sebelumnya selaku pemenang tender yang dilakukan pihak ULP Labuhanbatu. “Kita melanjutkan pekerjaan PT Ambi Praja,” tambahnya.
Padahal, menurut dia setelah proyek itu mereka kerjakan kwalitasnya membaik jika dibanding dengan hasil kerjaan kontraktor sebelumnya. Sebab diakuinya armada yang dimiliki PT Ambi Praja sangat minim sebagai pengangkut material tanah timbun. “Mereka minim sarana. Sedangkan kita sedikitnya mengerahkan 20 unit truk interkuler. Beberapa truk coltdiesel dan menyewa boomark (alat pemadat tanah). Tak kurang dari 40 truk perhari yang membawa material tanah timbun,” ungkapnya.
Dia mengakui pekerjaan proyek yang memiliki pagu anggaran Rp12 miliar itu mengalami keterlambatan penyelesaian. Itu dikarenakan keterkendalaan faktor cuaca dan medan yang memiliki tanah 'sabun'. “Ya, terkendala penyelesaiannya karena faktor cuaca,” jelasnya.
Pihak kontraktor PT Ambi Praja sebelumnya telah menghubungi beberapa pihak untuk melanjutkan pekerjaan itu. Tapi, terkesan enggan karena situasi yang ada. “Sebelumnya PT Ambi menghubungi beberapa pihak. Tapi tak bersedia melanjutkannya,” katanya.
Mengenai statusnya sebagai pihak yang melanjutkan pekerjaan itu, dia terkesan tertutup. Dan menyarankan agar mempertanyakannya ke pihak Dinas Bina Marga Labuhanbatu. “Silahkan tanya ke Dinas,” ujarnya.
Katanya, pihaknya hanya melanjutkan pekerjaan pihak PT Ambi Praja yang sebelumnya selaku pemenang tender yang dilakukan pihak ULP Labuhanbatu. “Kita melanjutkan pekerjaan PT Ambi Praja,” tambahnya.
Padahal, menurut dia setelah proyek itu mereka kerjakan kwalitasnya membaik jika dibanding dengan hasil kerjaan kontraktor sebelumnya. Sebab diakuinya armada yang dimiliki PT Ambi Praja sangat minim sebagai pengangkut material tanah timbun. “Mereka minim sarana. Sedangkan kita sedikitnya mengerahkan 20 unit truk interkuler. Beberapa truk coltdiesel dan menyewa boomark (alat pemadat tanah). Tak kurang dari 40 truk perhari yang membawa material tanah timbun,” ungkapnya.
Dia mengakui pekerjaan proyek yang memiliki pagu anggaran Rp12 miliar itu mengalami keterlambatan penyelesaian. Itu dikarenakan keterkendalaan faktor cuaca dan medan yang memiliki tanah 'sabun'. “Ya, terkendala penyelesaiannya karena faktor cuaca,” jelasnya.
Pihak kontraktor PT Ambi Praja sebelumnya telah menghubungi beberapa pihak untuk melanjutkan pekerjaan itu. Tapi, terkesan enggan karena situasi yang ada. “Sebelumnya PT Ambi menghubungi beberapa pihak. Tapi tak bersedia melanjutkannya,” katanya.
Mengenai statusnya sebagai pihak yang melanjutkan pekerjaan itu, dia terkesan tertutup. Dan menyarankan agar mempertanyakannya ke pihak Dinas Bina Marga Labuhanbatu. “Silahkan tanya ke Dinas,” ujarnya.
Dan, kondisi belum dibayarkannya
hasil pekerjaan proyek itu juga telah disampaikannya langsung ke Bupati
Labuhanbatu. Terakhir dia hanya pasrah dengan hasil keuntungan yang akan
diperoleh dari pekerjaan itu. Selebihnya, tambah dia hanya ingin mengharapkan
kondisi jalan disana dapat membantu warga setempat. “Tentang untung rugi
masalah belakangan. Utamanya saya bangga masyarakat gembira dengan jalan yang
telah dapat dilalui. Sehingga, nilai penjualan hasil perkebunan warga
meningkat,” tandasnya.
Sementara itu, Bupati Labuhanbatu
Tigor P Siregar ketika dikonfirmasi melalui pesan singkatnya terkait belum
terbayarkannya hasil pekerjaan kontraktor tersebut terkesan enggan membalas
pesan singkat yang terkirim ke ponsel pribadinya.
Padahal, dalam beberapa kali
kesempatan, Tigor terkesan bangga dengan hasil pekerjaan itu. Sebab, dia
menilai jalan penghubung pesisir Labuhanbatu itu sudah membaik dari sebelumnya.
Demikian halnya dengan Kepala Dinas
Bina Marga Labuhanbatu, Safrin. Ketika dikonfirmasi alasan dilakukannya
subkontak pengerjaan proyek tersebut kepada rekanan lain, terkesan enggan
membalas pesan singkat yang terkirim ke ponselnya.
Sebelumnya, Aliansi Masyarakat
Peduli Reformasi (AMPERA) meminta semua elemen masyarakat turut mengawasi
proyek pengerasan Jalan Sei Rakyat itu. Spesifikasi teknis pengerjaan proyek
yang didana APBN anggaran tahun 2011 itu harus benar-benar diawasi dan
diperhatikan dari unsur manipulasi. Karena menyangkut spesifikasi tehknis ini
dinilai kerap dipermainkan oknum rekanan nakal untuk mencari keuntungan. “Perusahaan
pememang tender pun perlu ditelusuri apakah pernah masuk daftar black list.
Maka harus diawasi secara ketat untuk meningkatkan kwalitas isfrastruktur jalan
di Labuhanbatu,” kata Isa Anshari Ketua Ampera kepada wartawan beberapa waktu
lalu.
Menurutnya, dugaan kwalitas
infrastruktur jalan rendah hingga nantainya mengakibatkan badan jalan cepat
rusak. Sehingga, pengawasan pembangunan jalan itu harus dilakukan sejak rekanan
memulai pengerjaan. “Sebenarnya saat inilah pengawasan itu dilakukan lebih ketat,
ketimbang setelah siap baru diawasai tak seberapa lagi manfaatnya,”ujarnya.
Menurutnya pengerjaan pengerasan
jalan itu semestinya memiliki ketebalan 75 cm. Selain itu lebar badan jalan
yang ditimbun diduga mengalami perbedaan dari proyek sebelumnya. Yakni, dari
lebar 8 meter pada TA 2010, di TA 2011 menjadi 6 meter. Serta, material tanah
timbunan juga terjadi perubahan dari tahun sebelumnya.(Tim)