home
Home » » Tinjau Ulang Pembangunan Mal di Rantauprapat

Tinjau Ulang Pembangunan Mal di Rantauprapat

Rantauprapat, (LT) Terlalu kecil perolehan pendapatan asli daerah (PAD) Labuhanbatu dari sistem bangun guna serah (BGS) pembangunan mal di eks lahan pasar baru, Rantauprapat jika Pemkab Labuhanbatu menargetkan pendapatan hanya Rp150 juta pertahun. "Saya justru bersedia menyewa lahan itu Rp250 juta pertahun. Nilai itu terlalu kecil," ujar mantan Bupati Labuhanbatu HT Milwan, Rabu (5/3) di Rantauprapat.
Menurutnya, nilai yang diperoleh harus lebih besar. Karena terkait juga bakal dibongkarnya jejeran belasan ruko milik Pemkab Labuhanbatu di kawasan Pasar Baru itu yang selama ini sebagai penyumbang PAD dari kontrak sewa gedung. Dia menilai sebaiknya program tersebut ditinjau ulang. "Sebaiknya ditinjau ulang kembali," harapnya.
Milwan menjelaskan , permintaan tersebut bukan bernada sentimen. Tapi cenderung mempertimbangkan kepentingan Labuhanbatu kedepannya. "Karena ini aset Labuhanbatu," jelasnya.
Atau, dia memiliki dan menawarkan formulasi sistem kerjasama antara pihak Pemkab Labuhanbatu dengan pihak ketiga selaku pengembang. "Atau Pemkab menawarkan kepemilikan saham di dalam bisnis mal tersebut," imbuhnya.
Misalnya, Pemkab memiliki saham 40 persen dari usaha itu dengan kontrak jangka waktu tertentu.  Dari sistem itu akan didapat deviden. “Hitungnya 60 persen saham pengembang, 40 persen saham Pemkab. Kan, bakal lebih besar pendapatan Pemkab nantinya jika dibanding sistem yang diterapkan sekarang ini,” jelasnya seraya menambahkan kualitas fisik bangunan juga bakal lebih terjamin jika dilakukan pola tersebut.
Milwan juga mempertanyakan keakurasian data tentang luasan lahan eks Pasar Baru tersebut. Dalam berkas pengumuman prakualifikasi milik ULP Labuhanbatu bernomor : 001/PAB-BGS/2014, disebutkan luas lahan 17.951M2. Sedangkan pada plank nama asset disebutkan luas 20.211 m2. “Mana yang benar,” ujarnya.
Dia, kata Ketua Partai Demokrat Sumut ini akan menganjurkan Fraksi Demokrat di DPRD Labuhanbatu agar mengusulkan peninjauan ulang rencana pembangunan mal dengan sistem BGS tersebut. “Atau jika tak ditinjau ulang, Fraksi Demokrat akan menolak rencana itu,” tegasnya.
Sebelumnya diberitakan Pemkab Labuhanbatu menawarkan pembangunan super mal ke pihak ketiga sebagai investor untuk membangun lahan eks pasar baru tersebut. Sistem yang diterapkan bangun guna serah (BGS) atau built operate transfer (BOT). Dengan lama jangka waktu kerjasama 30 tahun. Selain group Lippo, dikabarkan sudah lima perusahaan yang berminat untuk proyek berinvestasi Rp320-an miliar itu.
Pemkab Labuhanbatu kedepan memplot lahan eks Pasar Baru tersebut sebagai kawasan industri perhotelan dan pasar modern kepada para investor. Alasannya, mengingat masih terbatasnya hotel dan perdagangan modern yang representative di Labuhanbatu.
Share this article :