![]() |
Bupati
Tigor Panusunan Siregar ketika meninjau ruang UGD.
Tampak
bupati didampingi Kepala RSUD dr H HM Natsir Pohan
|
Bupati
yang didampingi Kepala RSUD dr HM Natsir Pohan SpB, Kadis Kesehatan dr H Alwi
Mujahit Hasibuan MKes dan para dokter di rumah sakit itu secara bergiliran memasuki
berbagai ruang perawatan dan poliklinik. Tidak ketinggalan ruang bedah, ICU,
ruang gizi dan drainase serta plafon ruangan menjadi perhatian bupati.
“Melihat
kelengkapan yang dimiliki RSUD ini, maka kita berharap bisa diikuti dengan
pelayanan optimal terhadap masyarakat,” ungkap bupati.
Bupati
juga menegaskan dengan terakreditasinya 16 pelayanan di RSUD Labuhanbatu harus
dapat pula membuat pelayanan kepada pasien lebih meningkat. Begitu pula
sosialisasi tentang keberadaan rumah sakit ini tetap perlu ditingkatkan lagi.
Tigor
menjelasakan, bahwa RSUD Labuhanbatu dalam waktu dekat akan berubah menjadi
Badan Layanan Umum. Dengan demikian RSUD ini akan dapat menentukan segala
kebutuhan yang diperlukan, seperti masalah keuangan, kebutuhan peralatan dan lain
sebagainya.
Terkait
dengan banyaknya keluhan masyarakat atas kebersihan dan layanan di rumah sakit
tersebut, Tigor mengatakan, hal itu sudah menjadi perhatian beliau dan pimpinan
RSUD. “Pemkab Labuhanbatu akan terus mendorong pihak rumah sakit agar terus
melakukan pembenahan baik dari sisi pelayanan kepada pasien maupun masalah
kebersihan ruangan”, tegas Tigor.
Sementara
itu Ketua Investigasi Lembaga Pemantau Penyelenggara Negara (LPPN) Kabupaten
Labuhanbatu Alitua Rambe kepada media ini mengatakan, bahwa pelayanan di RSDU
sudah meningkat. Hal itu ditandai dengan terakreditasinya 16 pelayan yang
dikeluarkan oleh Departemen Kesehatan RI kepada RSUD Labuhanbatu.
Dilain
pihak, kata Alitua mengatakan, para pengunjung juga harus turut juga menjaga
kebersihan rumah sakit milik pemerintah daerah itu. Kalau kita perhatikan,
tambahnya, para keluarga pasien sering membuang sampah di plataran rumah sakit
sementara hampir disemua sudut ruangan tersedia tong sampah.
Demikian
juga pihak keluarga pasien hendaknya dalam melakukan kunjungan dilakukan secara
bergiliran, sehingga tidak terjadi penumpukan orang yang menyebabkan sumpeknya
ruangan rawat inap khususnya di kelas.
“Dapat
kita lihat pasien yang dirawat cuma 1 orang, sementara yang menjaganya bisa
mencapai 6 orang, padahal hal hal itu bias dilakukan secara bergiliran”, ujar
Alitua.(Tim).