RANTAUPRAPAT, (www.info-labuhanbatu.com) : Bupati
Labuhanbatu dr H Tigor Panusunan Siregar, SpPD didampingi Ketua Tim Penggerak
PKK dr Hj Fitra Laila, Sp.THT, Unsur Muspida, Para Kepala SKPD di jajaran
Pemkab Labuhanbatu beserta Gus Irawan dan Tri Media Panjaitan, Jum’at (14/2) malam
kemarin telah menyatu dengan ribuan etnis Tionghoa untuk merayakan malam Hari
Raya Cap Go Meh di Halaman Vihara Budha Jayanthi Rantauprapat.
Menurut
sejarah, Hari raya Cap
Go Meh atau Yuan Xiaojie dalam bahasa Tionghoa yang jatuh pada tanggal 15 bulan
pertama tahun Imlek adalah salah satu hari raya tradisional Tiongkok. Menurut
tradisi rakyat Tiongkok, sehabis Cap Go Meh, maka berakhirlah seluruh perayaan
Tahun Baru Imlek.
Hari raya Cap Go Meh juga disebut
Yuanxi, Yuanye atau Shang Yuanjie dalam bahasa Tionghoa. Malam Cap Go Meh
adalah malam pertama bulan purnama setiap tahun baru. Pada malam itu, rakyat
Tiongkok mempunyai kebiasaan memasang lampion berwarna-warni, maka festival ini
juga disebut sebagai “hari raya lampion”.
Menyaksikan lampion dan makan onde-onde
adalah dua bagian penting pada hari raya Cap Go Meh. Dan dari mana asal usul
tradisi pemasangan lampion pada Festival Cap Go Meh? Konon pada tahun 180
Sebelum Masehi, Kaisar Hanwudi yang berkuasa pada masa Dinasti Han Barat naik
takhta pada tanggal 15 bulan pertama Imlek. Untuk merayakan penobatannya,
Kaisar Han Wudi mengambil keputusan untuk menjadikan tanggal 15 bulan pertama
sebagai hari raya lampion.
Pada malam tanggal 15 bulan pertama
setiap tahun, ia berkebiasaan bertamasya ke luar istana dan merayakan festival
itu bersama rakyat. Pada tahun 104 Sebelum Masehi, Festival Cap Go Meh secara
resmi dicantumkan sebagai hari raya nasional. Berkat keputusan itu, skala
Festival Cap Go Meh meningkat lebih lanjut. Menurut peraturan, setiap tempat
publik dan setiap keluarga diharuskan memasang lampion berwarna-warni,
khususnya di jalan utama dan pusat kebudayaan akan diadakan pameran lampion
besar-besaran yang meriah. Rakyat, baik yang berusia tua maupun yang berusia
muda, pria maupun wanita semuanya akan berdatangan ke pekan lampion untuk
menyaksikan lampion dan tari lampion naga, di samping menebak teka-teki.
Lampion berwarna yang dipasang pada Festival
Cap Go Meh kebanyakan dibuat dari kertas berwarna terang. Lampion bernama
“zoumadeng” atau lampion kuda berlari adalah salah satu macam lampion yan
paling menarik. Konon lampion itu sudah bersejarah seribu tahun lamanya.
Makan onde-onde pada hari raya Cap Go
Meh juga merupakan salah satu kebiasaan lama. Kebiasaan makan onde-onde dimulai
dari masa Dinasti Song (tahun 960 -
tahun 1279
Masehi). Onde-onde dibuat dengan tepung beras ketan dan selai buah. Setelah
dimasak, rasanya lezat sekali. Pada kemudian hari, rakyat di bagian utara
menyebut makanan itu sebagai “yuanxiao” dan rakyat di selatan menyebutnya
sebagai “tangyuan”, dan pembuatannya pun berlainan dari utara ke selatan.
Kini onde-onde bermacam-macam, dan lain
tempat lain cara pembuatan dan rasanya. Pada
Festival Cap Go Meh, rakyat selain menikmati lampion dan makan onde-onde, juga
mengadakan kegiatan hiburan lainnya, seperti jangkungan, tari yangge (semacam
tari khas di bagian utara Tiongkok) dan pertunjukan tari singa.
Pada acara Cap Go Meh di
Rantauprapat ini, Bupati Labuhanbatu dr H Tigor Panusunan Siregar, SpPD dalam
sambutannya mengucapkan selamat merayakan Hari Raya Cap Go Meh, semoga
masyarakat Tionghoa di daerah ini dapat merayakan Cap Go Meh dengan penuh kebahagiaan, karena situasinya
lebih aman dan kondusif.
Tigor juga menjelaskan,
bahwa Program Pemerintah Kabupaten Labuhanbatu sejak Tahun 2013 telah
memberikan bantuan beasiswa kepada anak-anak yang masuk dan diterima di
Perguruan Tinggi Negeri (PTN) baik dari keluarga yang mampu maupun tak mampu.
“Tahun 2014 ini Yayasan
Budha Jayanthi saya tantang untuk mengajak anak kemanakannya untuk meraih mimpi
agar dapat masuk dan diterima di Perguruan Tinggi Negeri, ingatkan mereka untuk
lebih giat belajar dan meraih prestasi, dengan bermodalkan itulah maka mimpi
mereka untuk meraih masa depan akan terwujud”, kata Tigor mengingatkan.
Disamping itu Tigor juga
mengajak warga etnis Tionghoa untuk senantiasa berbaur dengan berbagai etnis
dan budaya yang ada di Kabupaten Labuhanbatu, setelah reformasi diantara kita
tidak ada perbedaan lagi, “Hari ini kita tak punya perbedaan antara saya dengan
orang Tionghoa, hal itu terbukti dalam pembuatan KTP, semuanya adalah warga
Negara Kesatuan Republik Indonesia dan penduduk Kabupaten Labuhanbatu”, jelasnya.
Acara Malam Cap Go Meh yang
diperingati dengan sangat meriah itu, diwarnai dengan pertunjukan barongsai dan
berbagai tarian modern chaines dan korea yang dibawakan oleh anak-anak atau
pelajar yayasan Budha Jayanthi Rantauprapat dari tingkat SD, SMP dan SMA, yang
diakhiri dengan pesta kembang api memeriahkan suasana malam yang indah
itu.
Teks Foto : Ketua Tim Penggerak
PKK Kabupaten Labuhanbatu dr Hj Fitra Laila, Sp.THT saat memberikan angpao
kepada salah seorang anak pada acara Malam Cap Go Meh di Vihara Budha Jayanthi
Rantauprapat.