RANTAUPRAPAT, LT : Masyarakat Labuhanbatu sangat rentan terhadap penularan human immunodeficiency virus - acquired immune deficiency syndrome
(HIV-AIDS) yang merupakan retrovirus yang menjangkiti sel-sel sistem
kekebalan tubuh manusia dan menghancurkan atau mengganggu fungsinya.
Infeksi virus ini mengakibatkan terjadinya penurunan sistem kekebalan
yang terus-menerus, yang akan mengakibatkan defisiensi kekebalan tubuh.
Alasan
tersebut disampaikan Kadis Kesehatan selaku Wakil Ketua Pelaksanan II
Komisi Penanggulangan Aids (KPA) Kabupaten Labuhanbatu dr H Alwi Mujahit
Hasibuan MKes saat membuka acara Pertemuan Pemangku Kepentingan atau
Stakeholder Meeting di rumah makan Lembur Kuring, Senin (7/5-12)
kemarin.
Alwi
menjelaskan, bahwa Rantauprapat sebagai ibukota Kabupaten Labuhanbatu
merupakan daerah transit dengan mobilitas yang tinggi dan sebagai daerah
tujuan dari berbagai daerah. Dengan demikian, tidak mengherankan
apabila di daerah ini banyak terdapat lokasi-lokasi yang memungkinkan
terjadinya transaksi sex. “Dengan mobilisasi yang tinggi dikhawatirkan
menyebabkan penyebaran yang tinggi”, katanya.
Dikatakannya,
bahwa saat ini KPA Labuhanbatu telah menemukan sebanyak 55 kasus
penderita HIV-AIDS. Kasus ini tentu lebih besar dari data yang ada
karena kasus HIV-AIDS merupakan kasus fenomena gunung es yang
diperkirakan 10 kali dari data sebenarnya.
Bagi
penderita yang telah terinfeksi, jelas Alwi, perlu dilakukan
pendampingan, karena tindakannya bukan hanya membahayakan dirinya
sendiri tetapi juga membahayakan orang lain. “Disinilah peran KPA harus
aktif mesosialisasikan penanggulangan penyebaran HIV-AIDS ke
tengah-tengah masyarakat”, ujarnya.
Pelaksana
Program KPA Fahrizal Rambe SH dalam paparannya mengatakan, dari data
yang dihimpun pihaknya bahwa Labuhanbatu sudah menjadi daerah rawan
HIV-AIDS. Penyebaran virus ini, katanya, bukan hanya dari wanita pekerja
sex komersial, tetapi juga melalui waria, lelaki homo sex dan bahkan
melalui ibu rumah tangga kepada keluarganya.
“Fenomena
ini tentunya sangat mengkhawatirkan dan apabila kita kaitkan dengan
biaya yang akan ditanggung oleh penderita dan kerugian yang
ditimbulkannya sangat besar”, jelasnya.
Wakil
Sekretaris I KPA dr Hj Yeva E Yusuf saat menutup acara itu mengajak
seluruh stakeholder di daerah ini untuk bersungguh-sungguh menjalankan
program yang telah ditentukan agar penanggulangan HIV-AIDS dapat
diminimalisir.
Pada
kesempatan itu beliau meminta seluruh SKPD apabila melakukan
sosialisasi agar memberikan kesempatan kepada KPA untuk menyampaikan
sosialisasi penanggulangan HIV-AIDS ke tengah-tengah masyarakat.
AIDS adalah singkatan dari ‘acquired immunodeficiency syndrome’ dan
menggambarkan berbagai gejala dan infeksi yang terkait dengan
menurunnya sistem kekebalan tubuh. Infeksi HIV telah ditahbiskan sebagai
penyebab AIDS. Tingkat HIV dalam tubuh dan timbulnya berbagai infeksi
tertentu merupakan indikator bahwa infeksi HIV telah berkembang menjadi
AIDS.
Sebagian
besar orang yang terinfeksi HIV tidak menyadarinya karena tidak ada
gejala yang tampak segera setelah terjadi infeksi awal. Beberapa orang
mengalami gangguan kelenjar yang menimbulkan efek seperti deman
(disertai panas tinggi, gatal-gatal, nyeri sendi, dan pembengkakan pada
limpa), yang dapat terjadi pada saat seroconversion. Seroconversion
adalah pembentukan antibodi akibat HIV yang biasanya terjadi antara enam
minggu dan tiga bulan setelah terjadinya infeksi.
Kendati
infeksi HIV tidak disertai gejala awal, seseorang yang terinfeksi HIV
sangat mudah menularkan virus tersebut kepada orang lain. Satu-satunya
cara untuk menentukan apakah HIV ada di dalam tubuh seseorang adalah
melalui tes HIV. Infeksi HIV menyebabkan penurunan dan melemahnya sistem
kekebalan tubuh. Hal ini menyebabkan tubuh rentan terhadap infeksi
penyakit dan dapat menyebabkan berkembangnya AIDS.
Istilah
AIDS dipergunakan untuk tahap- tahap infeksi HIV yang paling lanjut.
Sebagian besar orang yang terkena HIV, bila tidak mendapat pengobatan,
akan menunjukkan tanda-tanda AIDS dalam waktu 8-10 tahun. AIDS
diidentifikasi berdasarkan beberapa infeksi tertentu, yang dikelompokkan
oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sebagai berikut : Tahap I
penyakit HIV tidak menunjukkan gejala apapun dan tidak dikategorikan
sebagai AIDS.
Tahap
II (meliputi manifestasi mucocutaneous minor dan infeksi-infeksi
saluran pernafasan bagian atas yang tak sembuh- sembuh). Tahap III
(meliputi diare kronis yang tidak jelas penyebabnya yang berlangsung
lebih dari satu bulan, infeksi bakteri yang parah, dan TBC paru-paru).
Tahap IV (meliputi Toksoplasmosis pada otak, Kandidiasis pada saluran
tenggorokan (oesophagus), saluran pernafasan (trachea), batang saluran
paru-paru (bronchi) atau paru-paru dan Sarkoma Kaposi).(Tim).