home
Home » » Mengenal Dari Dekat Awam Prakoso Sang Pendongeng Untuk Anak

Mengenal Dari Dekat Awam Prakoso Sang Pendongeng Untuk Anak

AWAM PRAKOSO atau biasa dipanggil Kak Awam adalah seorang pendongeng kelahiran Blora, 18 Mei 1973. Dari pernikahannya dengan Yuliana, sang istri, ia dikaruniai tiga orang anak, yakni Naufal Prakoso (10 tahun), Miqdad Prakoso (6), dan Hilmiy Prakoso (3).

Beberapa waktu lalu penulis berbincang ringan dan santai dengan Kak Awam, tentang aktivitasnya mendongeng, tentang pandangannya seputar dunia kreativitas dan pendidikan anak, dan lain-lain. Berikut hasilnya, saya tuangkan dalam tulisan ringan.
Sebelum berprofesi sebagai pendongeng, apa kegiatannya, Mas?
Sejak kuliah, mulai tahun 1992 saya aktif di sanggar kampus, dan melatih sanggar drama anak-anak di beberapa tempat. Setelah lulus dari kampus tahun 1996, saya diterima bekerja di salah satu bank swasta di Jakarta. Namun, nasib bekerja kantoran tidak berpihak pada saya, karena krisis moneter melanda di tahun 1998. Saya pun mendapat bagian PHK dari bank tempat saya bekerja. Terkena PHK, bagi saya tidak lantas patah arang. Saya kembali lagi menekuni hobi saya di Sanggar Drama, baik membina di sanggar kampus maupun di beberapa sanggar drama anak-anak. Karena tiap hari melatih anak-anak, sering sekali sebelum latihan drama, saya tuturkan cerita-cerita buat anak-anak asuh saya.
Dari kegiatan bercerita kepada anak itukah lalu Mas mantap sebagai pendongeng?
Suatu hari ketika saya melihat penampilan salah satu pendongeng di televisi, saya tergugah untuk bisa seperti dia. Lalu saya pun selalu datang ke rumah kakak angkat saya di Kedaung untuk selalu memberikan dongengan pada anak-anaknya. Waktu berjalan, di tahun 1999, saya kemudian mengikuti festival dongeng di TMII dan diantar dua rekan saya bernama Derry Irawan dan Jajang Suryana. Alhamdulillah, saya menjuarai lomba tersebut. Sepulang dari festival kami bertiga kemudian membentuk tim Panggung Boneka dengan mengajak rekan lainnya bernama Gunawan dan Zaid Mamduh (alm). Kami pun kemudian melalui hari-hari dengan menghibur anak-anak di mana pun dengan panggung boneka dan mendongeng.Asyik, Mas, mendongeng itu?
Waktu terus berjalan dan menyadarkan saya bahwa ternyata dunia dongeng adalah dunia anak yang sangat menakjubkan. Anak-anak begitu polos bagaikan kain putih bersih yang sangat berpotensi kita tuangkan tinta nilai moral yang baik melalui dongeng.
Mas, profesi mendongeng kan masih "barang langka", apa yang benar-benar mendorong Mas yakin bahwa "ini pasti bisa saya lakukan"?
Justru sesuatu yang langka itu tentunya menjadi pilihan. Karena tentunya sangat mudah menjalankan aktivitas yang belum banyak dilirik oleh banyak orang. Namun tentu sangat memerlukan kerja keras. Saya sangat yakin bisa melakukan karena team work yang saya bentuk juga serius ikut mengampanyekan gerakan ayo mendongeng baik di kampung, perumahan, mal dan sekolah-sekolah.
Waktu mengawali profesi sebagai pendongeng, sudah berkeluarga, Mas?
Ketika mulai mendongeng, saya sudah menikah, namun belum memiliki momongan.
Bagaimana dukungan orang-orang tercinta?
Istri saya memang sangat luar biasa. Dari mulai awal saya mendongeng hingga kini ia begitu antusias dan sangat mendukung. Bahkan di awal-awal saya mendongeng, istri saya yang menjadi operator musik dengan menggunakan tape. Bahkan ia menolak untuk absen membantu saya ketika sedang mengandung putra pertama kami (Naufal). Dan sampai saat ini istri saya yang mengelola kegiatan Kampung Dongeng. Selain istri, anak-anak saya dan saudara-saudara kandung saya juga sangat mendukung penuh. Mereka adalah orang-orang yang sangat luar biasa di kehidupan saya.
Waktu awal-awal pasti mengalami kesusahan ya Mas, nah gimana cara mengatasinya dengan istri? Langkah awal kan menentukan untuk langkah sukses berikutnya... pasti ada keluh kesah, Mas.
Hehehe... benar sekali. Yang kami alami bukan soal pasang surut…. tapi pendapatan yang selalu surut... karena di tahun itu krisis moneter benar-benar sangat dahsyat. Tapi alhamdulillah, saya masih memiliki keahlian di bidang komputer. Dari mulai menerima servis komputer, memasang networking, mengajar di lembaga pendidikan sampai pembuatan website. Tapi bidang itu hanya sebagai penyelamat saja, tidak menjadi bidang fokus. Tekad saya ya menjadi pendongeng yang baik dan saya selalu didukung oleh keempat saudara kandung saya.
Situasi "kepepet" memang memunculkan jalan keluar, asal kerja keras dan tidak mudah menyerah. Bagaimana cara Mas menyisipkan nilai-nilai ini ke dalam dongeng?
Benar sekali. Setiap dongeng yang saya bawakan, memang tidak hanya mengandung nilai-nilai kebaikan saja. Karena ternyata ada yang tidak kalah penting, yaitu bagaimana sajian cerita itu mampu mengubah perasaan, pola pikir, karakter, wawasan dan kosmos anak secara kreatif.
Luar biasa Mas, ini juga soal kreativitas. Bagaimana cara menumbuhkan kreativitas menurut Mas?
Yang paling utama menurut saya adalah dengan merealisasikan ide-ide “kecil” yang kita miliki, kemudian kita mengubahnya menjadi cetusan inovasi dan kreativitas. Hehehe... sering buntu juga sih... tapi kan ada senjata ampuh ketika menemui kebuntuan, yaitu membuka kembali referensi buku-buku dongeng yang kemudian kita olah lagi menjadi cerita yang penuh kejutan, kreatif dan segar.
Alat peraga apa yang biasa digunakan untuk mendongeng, Mas?
Saya jarang sekali menggunakan alat peraga dalam mendongeng, kecuali mentok audiensinya adalah anak-anak play group atau di bawahnya hehehe... Jadi teknik mendongeng saya adalah mendongeng secara langsung (tanpa alat peraga), mengutamakan banyak ilustrasi suara, mimik, atraktif-interaktif, sehingga memungkinkan anak-anak untuk ikut terlibat di dalam cerita.
Anak-anak sekarang suka nonton film kartun, gimana menurut Mas?
Kalau saya punya uang banyak, saya pastinya juga akan membuat film kartun... tapi yang mendidik, tidak mengandung kekerasan dan pornografi. Intinya film kartun yang sehat untuk dikonsumsi anak-anak. Naah... yang ada saat ini kebanyakan film kartun masih mengandung unsur-unsur di atas. Jadi menurut saya, orang tua perlu membatasinya. Jangan malah orang tua seperti mengajarkan anaknya untuk bermain remote control... hehehe.. semoga tidak ya.
Saat ini sangat sedikit orang yang kreatif... apalagi anak-anak selalu dijejali pendidikan formal yang kaku...gimana orang tua menyikapi hal ini?
Hehehe... itulah potret kurikulum sekolah di Tanah Air tercinta ini. Kalau orang tua mau anak-anaknya kreatif, ya perlu PENGORBANAN. Ingat, bahwa seseorang itu menjadi kreatif atau tidak bukan lantaran seseorang itu membawanya sejak ia lahir. Kalau sejak di dalam kandungan memiliki berbagai potensi, memang iya, siapapun orang tuanya. Namun, membuat daya kreatif mereka terasah dan bersinar cemerlang membutuhkan sentuhan pengorbanan orang tuanya. Lingkungan keluargalah yang harus berperan menciptakan ruang kreativitas itu. Karena kita sama-sama tahu persoalan di sekolah yang sangat sulit mendapatkan ruang tersebut.
Mas, profesi mendongeng kan masih "barang langka", apa yang benar-benar mendorong Mas yakin bahwa "ini pasti bisa saya lakukan"?
Justru sesuatu yang langka itu tentunya menjadi pilihan. Karena tentunya sangat mudah menjalankan aktivitas yang belum banyak dilirik oleh banyak orang. Namun tentu sangat memerlukan kerja keras. Saya sangat yakin bisa melakukan karena team work yang saya bentuk juga serius ikut mengampanyekan gerakan ayo mendongeng baik di kampung, perumahan, mal dan sekolah-sekolah.
Waktu mengawali profesi sebagai pendongeng, sudah berkeluarga, Mas?
Ketika mulai mendongeng, saya sudah menikah, namun belum memiliki momongan.
Bagaimana dukungan orang-orang tercinta?
Istri saya memang sangat luar biasa. Dari mulai awal saya mendongeng hingga kini ia begitu antusias dan sangat mendukung. Bahkan di awal-awal saya mendongeng, istri saya yang menjadi operator musik dengan menggunakan tape. Bahkan ia menolak untuk absen membantu saya ketika sedang mengandung putra pertama kami (Naufal). Dan sampai saat ini istri saya yang mengelola kegiatan Kampung Dongeng. Selain istri, anak-anak saya dan saudara-saudara kandung saya juga sangat mendukung penuh. Mereka adalah orang-orang yang sangat luar biasa di kehidupan saya.
Waktu awal-awal pasti mengalami kesusahan ya Mas, nah gimana cara mengatasinya dengan istri? Langkah awal kan menentukan untuk langkah sukses berikutnya... pasti ada keluh kesah, Mas.
Hehehe... benar sekali. Yang kami alami bukan soal pasang surut…. tapi pendapatan yang selalu surut... karena di tahun itu krisis moneter benar-benar sangat dahsyat. Tapi alhamdulillah, saya masih memiliki keahlian di bidang komputer. Dari mulai menerima servis komputer, memasang networking, mengajar di lembaga pendidikan sampai pembuatan website. Tapi bidang itu hanya sebagai penyelamat saja, tidak menjadi bidang fokus. Tekad saya ya menjadi pendongeng yang baik dan saya selalu didukung oleh keempat saudara kandung saya.
Situasi "kepepet" memang memunculkan jalan keluar, asal kerja keras dan tidak mudah menyerah. Bagaimana cara Mas menyisipkan nilai-nilai ini ke dalam dongeng?
Benar sekali. Setiap dongeng yang saya bawakan, memang tidak hanya mengandung nilai-nilai kebaikan saja. Karena ternyata ada yang tidak kalah penting, yaitu bagaimana sajian cerita itu mampu mengubah perasaan, pola pikir, karakter, wawasan dan kosmos anak secara kreatif.
Luar biasa Mas, ini juga soal kreativitas. Bagaimana cara menumbuhkan kreativitas menurut Mas?
Yang paling utama menurut saya adalah dengan merealisasikan ide-ide “kecil” yang kita miliki, kemudian kita mengubahnya menjadi cetusan inovasi dan kreativitas. Hehehe... sering buntu juga sih... tapi kan ada senjata ampuh ketika menemui kebuntuan, yaitu membuka kembali referensi buku-buku dongeng yang kemudian kita olah lagi menjadi cerita yang penuh kejutan, kreatif dan segar.
Alat peraga apa yang biasa digunakan untuk mendongeng, Mas?
Saya jarang sekali menggunakan alat peraga dalam mendongeng, kecuali mentok audiensinya adalah anak-anak play group atau di bawahnya hehehe... Jadi teknik mendongeng saya adalah mendongeng secara langsung (tanpa alat peraga), mengutamakan banyak ilustrasi suara, mimik, atraktif-interaktif, sehingga memungkinkan anak-anak untuk ikut terlibat di dalam cerita.
Anak-anak sekarang suka nonton film kartun, gimana menurut Mas?
Kalau saya punya uang banyak, saya pastinya juga akan membuat film kartun... tapi yang mendidik, tidak mengandung kekerasan dan pornografi. Intinya film kartun yang sehat untuk dikonsumsi anak-anak. Naah... yang ada saat ini kebanyakan film kartun masih mengandung unsur-unsur di atas. Jadi menurut saya, orang tua perlu membatasinya. Jangan malah orang tua seperti mengajarkan anaknya untuk bermain remote control... hehehe.. semoga tidak ya.
Saat ini sangat sedikit orang yang kreatif... apalagi anak-anak selalu dijejali pendidikan formal yang kaku...gimana orang tua menyikapi hal ini?
Hehehe... itulah potret kurikulum sekolah di Tanah Air tercinta ini. Kalau orang tua mau anak-anaknya kreatif, ya perlu PENGORBANAN. Ingat, bahwa seseorang itu menjadi kreatif atau tidak bukan lantaran seseorang itu membawanya sejak ia lahir. Kalau sejak di dalam kandungan memiliki berbagai potensi, memang iya, siapapun orang tuanya. Namun, membuat daya kreatif mereka terasah dan bersinar cemerlang membutuhkan sentuhan pengorbanan orang tuanya. Lingkungan keluargalah yang harus berperan menciptakan ruang kreativitas itu. Karena kita sama-sama tahu persoalan di sekolah yang sangat sulit mendapatkan ruang tersebut.
Mas, profesi mendongeng kan masih "barang langka", apa yang benar-benar mendorong Mas yakin bahwa "ini pasti bisa saya lakukan"?
Justru sesuatu yang langka itu tentunya menjadi pilihan. Karena tentunya sangat mudah menjalankan aktivitas yang belum banyak dilirik oleh banyak orang. Namun tentu sangat memerlukan kerja keras. Saya sangat yakin bisa melakukan karena team work yang saya bentuk juga serius ikut mengampanyekan gerakan ayo mendongeng baik di kampung, perumahan, mal dan sekolah-sekolah.
Waktu mengawali profesi sebagai pendongeng, sudah berkeluarga, Mas?
Ketika mulai mendongeng, saya sudah menikah, namun belum memiliki momongan.
Bagaimana dukungan orang-orang tercinta?
Istri saya memang sangat luar biasa. Dari mulai awal saya mendongeng hingga kini ia begitu antusias dan sangat mendukung. Bahkan di awal-awal saya mendongeng, istri saya yang menjadi operator musik dengan menggunakan tape. Bahkan ia menolak untuk absen membantu saya ketika sedang mengandung putra pertama kami (Naufal). Dan sampai saat ini istri saya yang mengelola kegiatan Kampung Dongeng. Selain istri, anak-anak saya dan saudara-saudara kandung saya juga sangat mendukung penuh. Mereka adalah orang-orang yang sangat luar biasa di kehidupan saya.
Waktu awal-awal pasti mengalami kesusahan ya Mas, nah gimana cara mengatasinya dengan istri? Langkah awal kan menentukan untuk langkah sukses berikutnya... pasti ada keluh kesah, Mas.
Hehehe... benar sekali. Yang kami alami bukan soal pasang surut…. tapi pendapatan yang selalu surut... karena di tahun itu krisis moneter benar-benar sangat dahsyat. Tapi alhamdulillah, saya masih memiliki keahlian di bidang komputer. Dari mulai menerima servis komputer, memasang networking, mengajar di lembaga pendidikan sampai pembuatan website. Tapi bidang itu hanya sebagai penyelamat saja, tidak menjadi bidang fokus. Tekad saya ya menjadi pendongeng yang baik dan saya selalu didukung oleh keempat saudara kandung saya.
Situasi "kepepet" memang memunculkan jalan keluar, asal kerja keras dan tidak mudah menyerah. Bagaimana cara Mas menyisipkan nilai-nilai ini ke dalam dongeng?
Benar sekali. Setiap dongeng yang saya bawakan, memang tidak hanya mengandung nilai-nilai kebaikan saja. Karena ternyata ada yang tidak kalah penting, yaitu bagaimana sajian cerita itu mampu mengubah perasaan, pola pikir, karakter, wawasan dan kosmos anak secara kreatif.
Luar biasa Mas, ini juga soal kreativitas. Bagaimana cara menumbuhkan kreativitas menurut Mas?
Yang paling utama menurut saya adalah dengan merealisasikan ide-ide “kecil” yang kita miliki, kemudian kita mengubahnya menjadi cetusan inovasi dan kreativitas. Hehehe... sering buntu juga sih... tapi kan ada senjata ampuh ketika menemui kebuntuan, yaitu membuka kembali referensi buku-buku dongeng yang kemudian kita olah lagi menjadi cerita yang penuh kejutan, kreatif dan segar.
Alat peraga apa yang biasa digunakan untuk mendongeng, Mas?
Saya jarang sekali menggunakan alat peraga dalam mendongeng, kecuali mentok audiensinya adalah anak-anak play group atau di bawahnya hehehe... Jadi teknik mendongeng saya adalah mendongeng secara langsung (tanpa alat peraga), mengutamakan banyak ilustrasi suara, mimik, atraktif-interaktif, sehingga memungkinkan anak-anak untuk ikut terlibat di dalam cerita.
Anak-anak sekarang suka nonton film kartun, gimana menurut Mas?
Kalau saya punya uang banyak, saya pastinya juga akan membuat film kartun... tapi yang mendidik, tidak mengandung kekerasan dan pornografi. Intinya film kartun yang sehat untuk dikonsumsi anak-anak. Naah... yang ada saat ini kebanyakan film kartun masih mengandung unsur-unsur di atas. Jadi menurut saya, orang tua perlu membatasinya. Jangan malah orang tua seperti mengajarkan anaknya untuk bermain remote control... hehehe.. semoga tidak ya.
Saat ini sangat sedikit orang yang kreatif... apalagi anak-anak selalu dijejali pendidikan formal yang kaku...gimana orang tua menyikapi hal ini?
Hehehe... itulah potret kurikulum sekolah di Tanah Air tercinta ini. Kalau orang tua mau anak-anaknya kreatif, ya perlu PENGORBANAN. Ingat, bahwa seseorang itu menjadi kreatif atau tidak bukan lantaran seseorang itu membawanya sejak ia lahir. Kalau sejak di dalam kandungan memiliki berbagai potensi, memang iya, siapapun orang tuanya. Namun, membuat daya kreatif mereka terasah dan bersinar cemerlang membutuhkan sentuhan pengorbanan orang tuanya. Lingkungan keluargalah yang harus berperan menciptakan ruang kreativitas itu. Karena kita sama-sama tahu persoalan di sekolah yang sangat sulit mendapatkan ruang tersebut.
Jawaban yang bagus, Mas. Nah, soal budaya instan. Anak-anak sekarang ingin banget menjadi artis/idola cilik tuh, tapi sering kali orang tua yang maksain. Gimana Mas? Apa orang tua nih yang perlu "didongengin" hahaha...biar ngerti?
Orang tua juga suka dongeng lo. Hehehe....
Begini, menjadikan anak untuk menjadi bintang adalah harapan semua orang tua. Namun banyak orang tua yang salah kaprah. Bahwa bintang yang mereka tangkap adalah bintang sinetron atau bintang penyanyi saja. Padahal bintang matematika, bintang melukis, bintang bahasa dan segudang bintang lainnya adalah juga bintang. Tapi bukan lagu bintang kecil ya… hehe... Jadi menurut saya orang tua perlu diberikan pemahaman kembali mengenai dikeluarkannya UU Nomor 23 Tahun 2002. Undang-undang ini yang menjadi landasan hukum untuk melindungi anak-anak dari pelecehan, kekerasan, EKSPLOITASI dan diskriminasi. Jadi jangan segan-segan melaporkan orang tua yang secara nyata melakukan eksploitasi terhadap anak-anaknya. Karena saya lebih membela anak yang masih punya masa subur untuk bermain daripada membela keinginan yang tidak disukai anak-anaknya.
Lagi-lagi, jawaban yang cerdas, Mas... Nah, ada saran agar anak bisa cerdas? Lalu cerdas seperti apa yang bermanfaat untuk anak-anak, terutama menghadapi kejamnya zaman (jaman edan) hehehe? Apalagi sekarang orang terjebak kata "cerdas" hanya mengacu kepada kecerdasan intelektual.
Sepertinya setiap anak dilahirkan memiliki potensi kecerdasan. Jadi, bagaimana kalau kita balik saja pertanyaannya, "Bagaimana menjadi orang tua cerdas?" Maaf, yang saya maksud adalah diri saya sendiri sebagai orang tua lo.... Karena orang tua cerdas itu tidak ada sekolahnya. Untuk menjadikan anak kita cerdas maka kita perlu memberikan ruang kegembiraan setiap harinya tanpa adanya stres pada anak, kita latih anak mandiri untuk menyelesaikan segala macam persoalannya, tanamkan rasa percaya diri, mulailah berpikir bahwa anak itu ya bermain... jadi berilah ruang bermain sebanyak-banyaknya dengan tingkat pengawasan yang cukup, ajak mereka ikut dalam diskusi, luangkan waktu kita untuk MENDONGENG dan JAUHKAN DARI TV.
Cerdas yang bermanfaat untuk anak adalah di mana anak dapat menemukan potensi dirinya sesuai dengan minat yang mereka sukai.
Jawaban Mas bagus-bagus... Nah, sekarang yang buruk, Mas. Tolong ceritakan pengalaman unik tapi menyedihkan saat mendongeng, yang hingga saat ini masih teringat-ingat terus?
Ah, Mas Herry ini muji terus deh.... (*nyengir*) hehehehe….
Pengalaman yang paling unik adalah ketika Miqdad, anak saya yang kedua, sangat senang mengikuti saya mendongeng di lokasi-lokasi yang dekat. Dia tidak canggung untuk duduk berjajar dengan siswa/i sekolah TK, padahal ia belum mengenalnya.
Suatu ketika saya mendongeng membawakan judul "Rumah Baru Ayam Jago", baru narasi awal, anak saya sudah berteriak keras, "Yaaaa, ceritanya ini lagi…" Spontan semua guru tertawa dan murid-murid pun nyengir. Saya lalu mengatakan, "Ceritanya ada bedanya kok…." Ya mau nggak mau lalu saya berikan banyak improvisasi dengan menambahkan beberapa tokoh dalam cerita. hehehe....
Pengalaman yang lain lagi ketika mendongeng di hadapan sekitar 100 anak tiba-tiba listrik padam... Saya pun melanjutkannya dengan bermain pantomim hehehe….
Pengalaman yang menyedihkan, ketika saya diajak teman mengerjakan proyek dongeng. Ketika mengalami banyak kerugian teman saya lari dan tidak bertanggung jawab, sedih sekali deh... Tapi Allah maha adil, karena saya sekarang dapat melangkah lebih cepat dan lebih maju. (Ini bukan slogan kampanye kan, Mas, hehehe, red.)
Hahahaha...lucu juga tuh anak Mas... Oya, kalau kisah yang membanggakan, hingga membuat Mas makin mantap menjadi pendongeng? Diundang pejabat kaya raya misalnya, hehehe...
Yang membanggakan adalah ketika saya mendapat kesempatan di satu posko bersama Kak Seto ketika bencana Situ Gintung. Kami sama-sama menghibur dan mendongeng untuk anak-anak. Selama lebih dari satu minggu bersama Kak Seto, banyak hal yang saya petik dari beliau. Saya kagum dengan sifat dan sikapnya.
Yang membanggakan juga ketika saya diajak serta oleh Kak Kusumo (Raja Dongeng) untuk mendongeng bersama di Acara Hari Anak Nasional 2009 di Dufan. Kebetulan juga rumah kami cukup berdekatan, jadi banyak hal pengajaran dari beliau yang bisa saya ambil.
Yang membanggakan lagi adalah, di kala acara televisi untuk anak masih sepi, saya masih juga mendapat kesempatan untuk mengisi program cerita di TVRI dan TV Anak Spacetoon hingga beberapa episode. Mudah-mudahan berlanjut.
Alhamdulillah juga, kini saya sudah mulai menapakkan kaki baik mendongeng maupun memberikan pelatihan dongeng untuk guru-guru di luar Jabodetabek seperti di Cilegon, Jogja, Cirebon, Bandung, Padang, Kalimantan dan di awal tahun 2010 nanti akan menuju ke Sulawesi dan beberapa daerah di Jawa Tengah. Semoga anak-anak Indonesia bisa menikmati sajian dongeng-dongeng saya. Amin.
Hebat, Mas. Saya doakan Mas selalu sukses. Ini pertanyaan terakhir, gimana cara menjaga keluarga yang harmonis? Benar, Mas, ini pertanyaan terakhir, sepertinya sudah lengkap nih obrolan kita.... Kalau Mas mau menambahkan yang belum saya tanyakan silakan… atau udah bosan saya tanya hahaha...
Insya Allah...
Saya menanamkan saling menghargai dan menghormati. Kalau kita sering diminta agar kita hormat kepada orang tua, saya dan istri pun menanamkan bahwa ayah dan bunda wajib menghormati anak-anak. Toleransi wajib kita tanamkan sejak dini di lingkungan kecil bernama keluarga.
Tambahan, ketika saya harus mendongeng atau memberikan seminar di luar daerah dan menginap, saya pun tidak pernah absen mendongeng untuk anak-anak melalui HP. Atau sebaliknya, anak-anak akan telepon saya ketika sore atau malam ketika saya berada dalam ruang penginapan




Share this article :