AWAM
PRAKOSO atau biasa dipanggil Kak Awam adalah seorang pendongeng
kelahiran Blora, 18 Mei 1973. Dari pernikahannya dengan Yuliana, sang
istri, ia dikaruniai tiga orang anak, yakni Naufal Prakoso (10 tahun),
Miqdad Prakoso (6), dan Hilmiy Prakoso (3).
Beberapa
waktu lalu penulis berbincang ringan dan santai dengan Kak Awam,
tentang aktivitasnya mendongeng, tentang pandangannya seputar dunia
kreativitas dan pendidikan anak, dan lain-lain. Berikut hasilnya, saya
tuangkan dalam tulisan ringan.
Sebelum berprofesi sebagai pendongeng, apa kegiatannya, Mas?
Sejak
kuliah, mulai tahun 1992 saya aktif di sanggar kampus, dan melatih
sanggar drama anak-anak di beberapa tempat. Setelah lulus dari kampus
tahun 1996, saya diterima bekerja di salah satu bank swasta di Jakarta.
Namun, nasib bekerja kantoran tidak berpihak pada saya, karena krisis
moneter melanda di tahun 1998. Saya pun mendapat bagian PHK dari bank
tempat saya bekerja. Terkena PHK, bagi saya tidak lantas patah arang.
Saya kembali lagi menekuni hobi saya di Sanggar Drama, baik membina di
sanggar kampus maupun di beberapa sanggar drama anak-anak. Karena tiap
hari melatih anak-anak, sering sekali sebelum latihan drama, saya
tuturkan cerita-cerita buat anak-anak asuh saya.
Dari kegiatan bercerita kepada anak itukah lalu Mas mantap sebagai pendongeng?
Suatu
hari ketika saya melihat penampilan salah satu pendongeng di televisi,
saya tergugah untuk bisa seperti dia. Lalu saya pun selalu datang ke
rumah kakak angkat saya di Kedaung untuk selalu memberikan dongengan
pada anak-anaknya. Waktu berjalan, di tahun 1999, saya kemudian
mengikuti festival dongeng di TMII dan diantar dua rekan saya bernama
Derry Irawan dan Jajang Suryana. Alhamdulillah, saya menjuarai lomba
tersebut. Sepulang dari festival kami bertiga kemudian membentuk tim
Panggung Boneka dengan mengajak rekan lainnya bernama Gunawan dan Zaid
Mamduh (alm). Kami pun kemudian melalui hari-hari dengan menghibur
anak-anak di mana pun dengan panggung boneka dan mendongeng.Asyik, Mas,
mendongeng itu?
Waktu
terus berjalan dan menyadarkan saya bahwa ternyata dunia dongeng adalah
dunia anak yang sangat menakjubkan. Anak-anak begitu polos bagaikan
kain putih bersih yang sangat berpotensi kita tuangkan tinta nilai moral yang baik melalui dongeng.
Mas, profesi mendongeng kan masih "barang langka", apa yang benar-benar mendorong Mas yakin bahwa "ini pasti bisa saya lakukan"?
Justru
sesuatu yang langka itu tentunya menjadi pilihan. Karena tentunya
sangat mudah menjalankan aktivitas yang belum banyak dilirik oleh banyak
orang. Namun tentu sangat memerlukan kerja keras. Saya sangat yakin
bisa melakukan karena team work yang saya bentuk juga serius ikut
mengampanyekan gerakan ayo mendongeng baik di kampung, perumahan, mal
dan sekolah-sekolah.
Waktu mengawali profesi sebagai pendongeng, sudah berkeluarga, Mas?
Ketika mulai mendongeng, saya sudah menikah, namun belum memiliki momongan.
Bagaimana dukungan orang-orang tercinta?
Istri
saya memang sangat luar biasa. Dari mulai awal saya mendongeng hingga
kini ia begitu antusias dan sangat mendukung. Bahkan di awal-awal saya
mendongeng, istri saya yang menjadi operator musik dengan menggunakan
tape. Bahkan ia menolak untuk absen membantu saya ketika sedang
mengandung putra pertama kami (Naufal). Dan sampai saat ini istri saya
yang mengelola kegiatan Kampung Dongeng. Selain istri, anak-anak saya
dan saudara-saudara kandung saya juga sangat mendukung penuh. Mereka
adalah orang-orang yang sangat luar biasa di kehidupan saya.
Waktu
awal-awal pasti mengalami kesusahan ya Mas, nah gimana cara
mengatasinya dengan istri? Langkah awal kan menentukan untuk langkah
sukses berikutnya... pasti ada keluh kesah, Mas.
Hehehe...
benar sekali. Yang kami alami bukan soal pasang surut…. tapi pendapatan
yang selalu surut... karena di tahun itu krisis moneter benar-benar
sangat dahsyat. Tapi alhamdulillah, saya masih memiliki keahlian di
bidang komputer. Dari mulai menerima servis komputer, memasang
networking, mengajar di lembaga pendidikan sampai pembuatan website.
Tapi bidang itu hanya sebagai penyelamat saja, tidak menjadi bidang
fokus. Tekad saya ya menjadi pendongeng yang baik dan saya selalu
didukung oleh keempat saudara kandung saya.
Situasi
"kepepet" memang memunculkan jalan keluar, asal kerja keras dan tidak
mudah menyerah. Bagaimana cara Mas menyisipkan nilai-nilai ini ke dalam
dongeng?
Benar
sekali. Setiap dongeng yang saya bawakan, memang tidak hanya mengandung
nilai-nilai kebaikan saja. Karena ternyata ada yang tidak kalah
penting, yaitu bagaimana sajian cerita itu mampu mengubah perasaan, pola
pikir, karakter, wawasan dan kosmos anak secara kreatif.
Luar biasa Mas, ini juga soal kreativitas. Bagaimana cara menumbuhkan kreativitas menurut Mas?
Yang
paling utama menurut saya adalah dengan merealisasikan ide-ide “kecil”
yang kita miliki, kemudian kita mengubahnya menjadi cetusan inovasi dan
kreativitas. Hehehe... sering buntu juga sih... tapi kan ada senjata
ampuh ketika menemui kebuntuan, yaitu membuka kembali referensi
buku-buku dongeng yang kemudian kita olah lagi menjadi cerita yang penuh
kejutan, kreatif dan segar.
Alat peraga apa yang biasa digunakan untuk mendongeng, Mas?
Saya
jarang sekali menggunakan alat peraga dalam mendongeng, kecuali mentok
audiensinya adalah anak-anak play group atau di bawahnya hehehe... Jadi
teknik mendongeng saya adalah mendongeng secara langsung (tanpa alat
peraga), mengutamakan banyak ilustrasi suara, mimik,
atraktif-interaktif, sehingga memungkinkan anak-anak untuk ikut terlibat
di dalam cerita.
Anak-anak sekarang suka nonton film kartun, gimana menurut Mas?
Kalau
saya punya uang banyak, saya pastinya juga akan membuat film kartun...
tapi yang mendidik, tidak mengandung kekerasan dan pornografi. Intinya
film kartun yang sehat untuk dikonsumsi anak-anak. Naah... yang ada saat
ini kebanyakan film kartun masih mengandung unsur-unsur di atas. Jadi
menurut saya, orang tua perlu membatasinya. Jangan malah orang tua
seperti mengajarkan anaknya untuk bermain remote control... hehehe..
semoga tidak ya.
Saat
ini sangat sedikit orang yang kreatif... apalagi anak-anak selalu
dijejali pendidikan formal yang kaku...gimana orang tua menyikapi hal
ini?
Hehehe...
itulah potret kurikulum sekolah di Tanah Air tercinta ini. Kalau orang
tua mau anak-anaknya kreatif, ya perlu PENGORBANAN. Ingat, bahwa
seseorang itu menjadi kreatif atau tidak bukan lantaran seseorang itu
membawanya sejak ia lahir. Kalau sejak di dalam kandungan memiliki
berbagai potensi, memang iya, siapapun orang tuanya. Namun, membuat daya
kreatif mereka terasah dan bersinar cemerlang membutuhkan sentuhan
pengorbanan orang tuanya. Lingkungan keluargalah yang harus berperan
menciptakan ruang kreativitas itu. Karena kita sama-sama tahu persoalan
di sekolah yang sangat sulit mendapatkan ruang tersebut.
Mas, profesi mendongeng kan masih "barang langka", apa yang benar-benar mendorong Mas yakin bahwa "ini pasti bisa saya lakukan"?
Justru
sesuatu yang langka itu tentunya menjadi pilihan. Karena tentunya
sangat mudah menjalankan aktivitas yang belum banyak dilirik oleh banyak
orang. Namun tentu sangat memerlukan kerja keras. Saya sangat yakin
bisa melakukan karena team work yang saya bentuk juga serius ikut
mengampanyekan gerakan ayo mendongeng baik di kampung, perumahan, mal
dan sekolah-sekolah.
Waktu mengawali profesi sebagai pendongeng, sudah berkeluarga, Mas?
Ketika mulai mendongeng, saya sudah menikah, namun belum memiliki momongan.
Bagaimana dukungan orang-orang tercinta?
Istri
saya memang sangat luar biasa. Dari mulai awal saya mendongeng hingga
kini ia begitu antusias dan sangat mendukung. Bahkan di awal-awal saya
mendongeng, istri saya yang menjadi operator musik dengan menggunakan
tape. Bahkan ia menolak untuk absen membantu saya ketika sedang
mengandung putra pertama kami (Naufal). Dan sampai saat ini istri saya
yang mengelola kegiatan Kampung Dongeng. Selain istri, anak-anak saya
dan saudara-saudara kandung saya juga sangat mendukung penuh. Mereka
adalah orang-orang yang sangat luar biasa di kehidupan saya.
Waktu
awal-awal pasti mengalami kesusahan ya Mas, nah gimana cara
mengatasinya dengan istri? Langkah awal kan menentukan untuk langkah
sukses berikutnya... pasti ada keluh kesah, Mas.
Hehehe...
benar sekali. Yang kami alami bukan soal pasang surut…. tapi pendapatan
yang selalu surut... karena di tahun itu krisis moneter benar-benar
sangat dahsyat. Tapi alhamdulillah, saya masih memiliki keahlian di
bidang komputer. Dari mulai menerima servis komputer, memasang
networking, mengajar di lembaga pendidikan sampai pembuatan website.
Tapi bidang itu hanya sebagai penyelamat saja, tidak menjadi bidang
fokus. Tekad saya ya menjadi pendongeng yang baik dan saya selalu
didukung oleh keempat saudara kandung saya.
Situasi
"kepepet" memang memunculkan jalan keluar, asal kerja keras dan tidak
mudah menyerah. Bagaimana cara Mas menyisipkan nilai-nilai ini ke dalam
dongeng?
Benar
sekali. Setiap dongeng yang saya bawakan, memang tidak hanya mengandung
nilai-nilai kebaikan saja. Karena ternyata ada yang tidak kalah
penting, yaitu bagaimana sajian cerita itu mampu mengubah perasaan, pola
pikir, karakter, wawasan dan kosmos anak secara kreatif.
Luar biasa Mas, ini juga soal kreativitas. Bagaimana cara menumbuhkan kreativitas menurut Mas?
Yang
paling utama menurut saya adalah dengan merealisasikan ide-ide “kecil”
yang kita miliki, kemudian kita mengubahnya menjadi cetusan inovasi dan
kreativitas. Hehehe... sering buntu juga sih... tapi kan ada senjata
ampuh ketika menemui kebuntuan, yaitu membuka kembali referensi
buku-buku dongeng yang kemudian kita olah lagi menjadi cerita yang penuh
kejutan, kreatif dan segar.
Alat peraga apa yang biasa digunakan untuk mendongeng, Mas?
Saya
jarang sekali menggunakan alat peraga dalam mendongeng, kecuali mentok
audiensinya adalah anak-anak play group atau di bawahnya hehehe... Jadi
teknik mendongeng saya adalah mendongeng secara langsung (tanpa alat
peraga), mengutamakan banyak ilustrasi suara, mimik,
atraktif-interaktif, sehingga memungkinkan anak-anak untuk ikut terlibat
di dalam cerita.
Anak-anak sekarang suka nonton film kartun, gimana menurut Mas?
Kalau
saya punya uang banyak, saya pastinya juga akan membuat film kartun...
tapi yang mendidik, tidak mengandung kekerasan dan pornografi. Intinya
film kartun yang sehat untuk dikonsumsi anak-anak. Naah... yang ada saat
ini kebanyakan film kartun masih mengandung unsur-unsur di atas. Jadi
menurut saya, orang tua perlu membatasinya. Jangan malah orang tua
seperti mengajarkan anaknya untuk bermain remote control... hehehe..
semoga tidak ya.
Saat
ini sangat sedikit orang yang kreatif... apalagi anak-anak selalu
dijejali pendidikan formal yang kaku...gimana orang tua menyikapi hal
ini?
Hehehe...
itulah potret kurikulum sekolah di Tanah Air tercinta ini. Kalau orang
tua mau anak-anaknya kreatif, ya perlu PENGORBANAN. Ingat, bahwa
seseorang itu menjadi kreatif atau tidak bukan lantaran seseorang itu
membawanya sejak ia lahir. Kalau sejak di dalam kandungan memiliki
berbagai potensi, memang iya, siapapun orang tuanya. Namun, membuat daya
kreatif mereka terasah dan bersinar cemerlang membutuhkan sentuhan
pengorbanan orang tuanya. Lingkungan keluargalah yang harus berperan
menciptakan ruang kreativitas itu. Karena kita sama-sama tahu persoalan
di sekolah yang sangat sulit mendapatkan ruang tersebut.
Mas, profesi mendongeng kan masih "barang langka", apa yang benar-benar mendorong Mas yakin bahwa "ini pasti bisa saya lakukan"?
Justru
sesuatu yang langka itu tentunya menjadi pilihan. Karena tentunya
sangat mudah menjalankan aktivitas yang belum banyak dilirik oleh banyak
orang. Namun tentu sangat memerlukan kerja keras. Saya sangat yakin
bisa melakukan karena team work yang saya bentuk juga serius ikut
mengampanyekan gerakan ayo mendongeng baik di kampung, perumahan, mal
dan sekolah-sekolah.
Waktu mengawali profesi sebagai pendongeng, sudah berkeluarga, Mas?
Ketika mulai mendongeng, saya sudah menikah, namun belum memiliki momongan.
Bagaimana dukungan orang-orang tercinta?
Istri
saya memang sangat luar biasa. Dari mulai awal saya mendongeng hingga
kini ia begitu antusias dan sangat mendukung. Bahkan di awal-awal saya
mendongeng, istri saya yang menjadi operator musik dengan menggunakan
tape. Bahkan ia menolak untuk absen membantu saya ketika sedang
mengandung putra pertama kami (Naufal). Dan sampai saat ini istri saya
yang mengelola kegiatan Kampung Dongeng. Selain istri, anak-anak saya
dan saudara-saudara kandung saya juga sangat mendukung penuh. Mereka
adalah orang-orang yang sangat luar biasa di kehidupan saya.
Waktu
awal-awal pasti mengalami kesusahan ya Mas, nah gimana cara
mengatasinya dengan istri? Langkah awal kan menentukan untuk langkah
sukses berikutnya... pasti ada keluh kesah, Mas.
Hehehe...
benar sekali. Yang kami alami bukan soal pasang surut…. tapi pendapatan
yang selalu surut... karena di tahun itu krisis moneter benar-benar
sangat dahsyat. Tapi alhamdulillah, saya masih memiliki keahlian di
bidang komputer. Dari mulai menerima servis komputer, memasang
networking, mengajar di lembaga pendidikan sampai pembuatan website.
Tapi bidang itu hanya sebagai penyelamat saja, tidak menjadi bidang
fokus. Tekad saya ya menjadi pendongeng yang baik dan saya selalu
didukung oleh keempat saudara kandung saya.
Situasi
"kepepet" memang memunculkan jalan keluar, asal kerja keras dan tidak
mudah menyerah. Bagaimana cara Mas menyisipkan nilai-nilai ini ke dalam
dongeng?
Benar
sekali. Setiap dongeng yang saya bawakan, memang tidak hanya mengandung
nilai-nilai kebaikan saja. Karena ternyata ada yang tidak kalah
penting, yaitu bagaimana sajian cerita itu mampu mengubah perasaan, pola
pikir, karakter, wawasan dan kosmos anak secara kreatif.
Luar biasa Mas, ini juga soal kreativitas. Bagaimana cara menumbuhkan kreativitas menurut Mas?
Yang
paling utama menurut saya adalah dengan merealisasikan ide-ide “kecil”
yang kita miliki, kemudian kita mengubahnya menjadi cetusan inovasi dan
kreativitas. Hehehe... sering buntu juga sih... tapi kan ada senjata
ampuh ketika menemui kebuntuan, yaitu membuka kembali referensi
buku-buku dongeng yang kemudian kita olah lagi menjadi cerita yang penuh
kejutan, kreatif dan segar.
Alat peraga apa yang biasa digunakan untuk mendongeng, Mas?
Saya
jarang sekali menggunakan alat peraga dalam mendongeng, kecuali mentok
audiensinya adalah anak-anak play group atau di bawahnya hehehe... Jadi
teknik mendongeng saya adalah mendongeng secara langsung (tanpa alat
peraga), mengutamakan banyak ilustrasi suara, mimik,
atraktif-interaktif, sehingga memungkinkan anak-anak untuk ikut terlibat
di dalam cerita.
Anak-anak sekarang suka nonton film kartun, gimana menurut Mas?
Kalau
saya punya uang banyak, saya pastinya juga akan membuat film kartun...
tapi yang mendidik, tidak mengandung kekerasan dan pornografi. Intinya
film kartun yang sehat untuk dikonsumsi anak-anak. Naah... yang ada saat
ini kebanyakan film kartun masih mengandung unsur-unsur di atas. Jadi
menurut saya, orang tua perlu membatasinya. Jangan malah orang tua
seperti mengajarkan anaknya untuk bermain remote control... hehehe..
semoga tidak ya.
Saat
ini sangat sedikit orang yang kreatif... apalagi anak-anak selalu
dijejali pendidikan formal yang kaku...gimana orang tua menyikapi hal
ini?
Hehehe...
itulah potret kurikulum sekolah di Tanah Air tercinta ini. Kalau orang
tua mau anak-anaknya kreatif, ya perlu PENGORBANAN. Ingat, bahwa
seseorang itu menjadi kreatif atau tidak bukan lantaran seseorang itu
membawanya sejak ia lahir. Kalau sejak di dalam kandungan memiliki
berbagai potensi, memang iya, siapapun orang tuanya. Namun, membuat daya
kreatif mereka terasah dan bersinar cemerlang membutuhkan sentuhan
pengorbanan orang tuanya. Lingkungan keluargalah yang harus berperan
menciptakan ruang kreativitas itu. Karena kita sama-sama tahu persoalan
di sekolah yang sangat sulit mendapatkan ruang tersebut.
Jawaban
yang bagus, Mas. Nah, soal budaya instan. Anak-anak sekarang ingin
banget menjadi artis/idola cilik tuh, tapi sering kali orang tua yang
maksain. Gimana Mas? Apa orang tua nih yang perlu "didongengin"
hahaha...biar ngerti?
Orang tua juga suka dongeng lo. Hehehe....
Begini,
menjadikan anak untuk menjadi bintang adalah harapan semua orang tua.
Namun banyak orang tua yang salah kaprah. Bahwa bintang yang mereka
tangkap adalah bintang sinetron atau bintang penyanyi saja. Padahal
bintang matematika, bintang melukis, bintang bahasa dan segudang bintang
lainnya adalah juga bintang. Tapi bukan lagu bintang kecil ya… hehe...
Jadi menurut saya orang tua perlu diberikan pemahaman kembali mengenai
dikeluarkannya UU Nomor 23 Tahun 2002. Undang-undang ini yang menjadi
landasan hukum untuk melindungi anak-anak dari pelecehan, kekerasan,
EKSPLOITASI dan diskriminasi. Jadi jangan segan-segan melaporkan orang
tua yang secara nyata melakukan eksploitasi terhadap anak-anaknya.
Karena saya lebih membela anak yang masih punya masa subur untuk bermain
daripada membela keinginan yang tidak disukai anak-anaknya.
Lagi-lagi,
jawaban yang cerdas, Mas... Nah, ada saran agar anak bisa cerdas? Lalu
cerdas seperti apa yang bermanfaat untuk anak-anak, terutama menghadapi
kejamnya zaman (jaman edan) hehehe? Apalagi sekarang orang terjebak kata
"cerdas" hanya mengacu kepada kecerdasan intelektual.
Sepertinya
setiap anak dilahirkan memiliki potensi kecerdasan. Jadi, bagaimana
kalau kita balik saja pertanyaannya, "Bagaimana menjadi orang tua
cerdas?" Maaf, yang saya maksud adalah diri saya sendiri sebagai orang
tua lo.... Karena orang tua cerdas itu tidak ada sekolahnya. Untuk
menjadikan anak kita cerdas maka kita perlu memberikan ruang kegembiraan
setiap harinya tanpa adanya stres pada anak, kita latih anak mandiri
untuk menyelesaikan segala macam persoalannya, tanamkan rasa percaya
diri, mulailah berpikir bahwa anak itu ya bermain... jadi berilah ruang
bermain sebanyak-banyaknya dengan tingkat pengawasan yang cukup, ajak
mereka ikut dalam diskusi, luangkan waktu kita untuk MENDONGENG dan
JAUHKAN DARI TV.
Cerdas yang bermanfaat untuk anak adalah di mana anak dapat menemukan potensi dirinya sesuai dengan minat yang mereka sukai.
Jawaban
Mas bagus-bagus... Nah, sekarang yang buruk, Mas. Tolong ceritakan
pengalaman unik tapi menyedihkan saat mendongeng, yang hingga saat ini
masih teringat-ingat terus?
Ah, Mas Herry ini muji terus deh.... (*nyengir*) hehehehe….
Pengalaman
yang paling unik adalah ketika Miqdad, anak saya yang kedua, sangat
senang mengikuti saya mendongeng di lokasi-lokasi yang dekat. Dia tidak
canggung untuk duduk berjajar dengan siswa/i sekolah TK, padahal ia
belum mengenalnya.
Suatu
ketika saya mendongeng membawakan judul "Rumah Baru Ayam Jago", baru
narasi awal, anak saya sudah berteriak keras, "Yaaaa, ceritanya ini
lagi…" Spontan semua guru tertawa dan murid-murid pun nyengir. Saya lalu
mengatakan, "Ceritanya ada bedanya kok…." Ya mau nggak mau lalu saya
berikan banyak improvisasi dengan menambahkan beberapa tokoh dalam
cerita. hehehe....
Pengalaman
yang lain lagi ketika mendongeng di hadapan sekitar 100 anak tiba-tiba
listrik padam... Saya pun melanjutkannya dengan bermain pantomim
hehehe….
Pengalaman
yang menyedihkan, ketika saya diajak teman mengerjakan proyek dongeng.
Ketika mengalami banyak kerugian teman saya lari dan tidak bertanggung
jawab, sedih sekali deh... Tapi Allah maha adil, karena saya sekarang
dapat melangkah lebih cepat dan lebih maju. (Ini bukan slogan kampanye
kan, Mas, hehehe, red.)
Hahahaha...lucu
juga tuh anak Mas... Oya, kalau kisah yang membanggakan, hingga membuat
Mas makin mantap menjadi pendongeng? Diundang pejabat kaya raya
misalnya, hehehe...
Yang
membanggakan adalah ketika saya mendapat kesempatan di satu posko
bersama Kak Seto ketika bencana Situ Gintung. Kami sama-sama menghibur
dan mendongeng untuk anak-anak. Selama lebih dari satu minggu bersama
Kak Seto, banyak hal yang saya petik dari beliau. Saya kagum dengan
sifat dan sikapnya.
Yang
membanggakan juga ketika saya diajak serta oleh Kak Kusumo (Raja
Dongeng) untuk mendongeng bersama di Acara Hari Anak Nasional 2009 di
Dufan. Kebetulan juga rumah kami cukup berdekatan, jadi banyak hal
pengajaran dari beliau yang bisa saya ambil.
Yang
membanggakan lagi adalah, di kala acara televisi untuk anak masih sepi,
saya masih juga mendapat kesempatan untuk mengisi program cerita di
TVRI dan TV Anak Spacetoon hingga beberapa episode. Mudah-mudahan
berlanjut.
Alhamdulillah
juga, kini saya sudah mulai menapakkan kaki baik mendongeng maupun
memberikan pelatihan dongeng untuk guru-guru di luar Jabodetabek seperti
di Cilegon, Jogja, Cirebon, Bandung, Padang, Kalimantan dan di awal
tahun 2010 nanti akan menuju ke Sulawesi dan beberapa daerah di Jawa
Tengah. Semoga anak-anak Indonesia bisa menikmati sajian dongeng-dongeng
saya. Amin.
Hebat,
Mas. Saya doakan Mas selalu sukses. Ini pertanyaan terakhir, gimana
cara menjaga keluarga yang harmonis? Benar, Mas, ini pertanyaan
terakhir, sepertinya sudah lengkap nih obrolan kita.... Kalau Mas mau
menambahkan yang belum saya tanyakan silakan… atau udah bosan saya tanya
hahaha...
Insya Allah...
Saya
menanamkan saling menghargai dan menghormati. Kalau kita sering diminta
agar kita hormat kepada orang tua, saya dan istri pun menanamkan bahwa
ayah dan bunda wajib menghormati anak-anak. Toleransi wajib kita
tanamkan sejak dini di lingkungan kecil bernama keluarga.
Tambahan,
ketika saya harus mendongeng atau memberikan seminar di luar daerah dan
menginap, saya pun tidak pernah absen mendongeng untuk anak-anak
melalui HP. Atau sebaliknya, anak-anak akan telepon saya ketika sore
atau malam ketika saya berada dalam ruang penginapan