home
Home » » Warga Lima Desa Terancam Terisolir

Warga Lima Desa Terancam Terisolir


Proyek Jembatan Siluman di Desa Siluman
Siluman – Meski habis massa pengerjaan proyek TA 2011,
namun masih ada proyek pengerjaan pembuatan jembatan yang
 tanpa plank proyek. Bahkan, warga lima Desa terancam terisolir
Rantauprapat, LT :Sebanyak warga lima Desa di kawasan Tebing Linggahara Kabupaten Labuhanbatu
terancam terisolir. Pasalnya, jembatan yang dibangun dari bahan kayu disamping proyek pembangunan jembatan permanen yang menghubungkan Kota Rantauprapat dengan sejumlah desa disana ambruk.(12/4/12)


Salahseorang warga setempat TH, 49 mengatakan, akibat kondisi jembatan alternative yang tidak memadai tersebut, kenderaan roda empat tidak dapat memasukuki wilayah itu. “Akses transportasi masuk ke desa itu lumpuh total, kecuali kenderaan yang mutar dari Desa N2 Aek Nabara Kecamatan Bilah Hulu. Itupun memakan waktu dua kali lipat lebih jauhnya. Kalau biasanya
hanya di lewati 15 sampai 25 menit  dari Rantauprapat, menjadi 45 menit, bahkan bisa satu jam kalau macet disana,” katanya. Menurutnya, lapuknya jembatan alternative yang dibangun disamping proyek
pembangunan jembatan menuju Desa Tebing Linggahara itu, tak terlepas dari pengerjaan proyek APBD pembuatan  Jembatan tahun anggaran 2011yang cukup lama pengerjaannya. Sebab, meski angggaran pengerjaan sudah berakhir Desember 2011 lalu, rekanan masih melanjutkan pengerjaan pembangunan
jembatan itu hingga sekarang.
Ironisnya, pengecoran lantai jembatan hingga sekarang belum dikerjakan. “Jadi akibatnya jembatan alternative buat warga lapuk, karena terlalu lama pengerjaan proyek pembangunan jembatan itu. Sekarang kondisinya sudah miring, sehingga untuk dilalui kenderaan roda dua saja sangat susah,” tegas
TH.

Warga setempat lainnya, Hendra, 24 mengatakan, sebelumnya selama dua hari siswa sekolah dari ke tujuh Dusun didaerah mereka terpaksa menyeberangi Sungai Bilah sebanyak dua kali untuk berangkat menuju seolah di Rantauprapat. Maka itu, setiap harinya pulang pergi siswa sekolah yang
belajar di Rantauprapat terpaksa menaiki rakit sebanyak 4 kali untuk pulang perginya. “Gara-gara itu anak-anak sekolah sering terlambat. Makanya kami buat jembatan papan seadanya menjadi jembatan supaya murid sekolah dari desa kami tidak terlambat lagi,” ungkapnya.
Hendra mengatakan, seharusnya yang bertanggungjawab terhadap perbaikan jembatan alternative tersebut adalah pemenang tender pembangunan proyek jembatan tersebut. Bahkan katanya, warga setempat telah meminta tolong kepada pihak yang mengerjakan proyek pembangunan jembatan agar memperbaiki jembatan alternative yang menghubungkan ke desa mereka. Tetapi pihak pekerja jembatan khawatir jika tetap menggunakan pondasi jembatan alternative karena kondisinya yang sudah lapuk.  “Kondisi putusnya akses truk menuju daerah kami, membuat biaya panen buah sawit menjadi bertambah. Karena  muatan truk terpaksa dilangsir ketika melewati jembatan alternative
ini. Kalau tidak mereka keliling dulu dari Desa N2 Aek Nabara – Sigambal. Jaraknya sangat jauh dan tetap mengeluarkan biaya minyak,” beber Hendra.
Berdasar informasi, pengerjaan proyek pembangunan jembatan menuju Desa Tebing Linggahara tersebut lama penyelesaiaannya akibat pengucuran biaya pembangunan yang disebut-sebut selalu diperlambat pemenang tender. Maka itu, pekerja selalu sedikit yang bekerja disana.

Proyek Pembangunan Tanpa Papan Plank 
Perusahaan pelaksanaan pekerjaan proyek APBD pembuatan Jembatan tahun anggaran (TA) 2011 di Desa Tebing Linggahara  diduga proyek siluman. Pasalnya, dilokasi pembangunan jembatan tidak ada papan plank yang menunjukkan volume pengerjaan proyek. Ironisnya lagi, perusahaan pememang
tender pengerjaan poroyek yang bernilai ratusan juta rupiah itu tetap melanjutkan pengerjaan. Meskipun,  masa anggaran telah berakhir pada akhir Desemeber 2011, lalu. Padahal, kalau sebelumnya alasan pihak pemkab melanjutkan menyelesaikan pengerjaan pembangunan jalan hotmix hingga tahun 2012 karena stok aspal tahun 2011 minim di PT Adi Karya.
Salahseorang diantara tukang yang mengerjakan jembatan itu mengatakan, sebelumnya pihaknya telah membuat papan plank proyek disekitar lokasi. Namun, belakangan dirusak warga hingga akhirnya tidak dibuat lagi. “Hari itu ada kita buat papan plank-nya tapi dirusak warga disini,” katanya, disela-sela makan siang dilokasi pengerjaan pada satu kesempatan. Tomo yang mengaku sebagai kepala tukang pada proyek itu mengatakan, terkendalanya penyelesaian pembangunan jembatan itu akibat banjir beberapa waktu lalu dilokasi pembangunan jembatan.  “Macam mana la, kampung disitu kena banjir, makanya tidak siap bulan Desember itu. Pening juga mikir pembayaran, karena belum dibayar juga dari Pemkab. Nanti kalau sudah siap jembatannya baru hitungan pembayaran,” tuturnya.
Saat disinggung soal papan plank dan perusahaan pemenang tender proyek pengerjaan jembatan itu Tomo tidak mengetahuinya. “Saya tidak tahu perusahaannnya, tapi memang ada planknya hari itu dirusak orang. Anggaran pembangunannya juga saya tanya itu, anggarannya koq tidak sampai miliaran,
padahal jembatan lain yang sama panjangnya lebih satu miliar,” ungkapnya.(Tim)
Share this article :